500 Day Of Summer; Tentang Cinta Dan Usia Percintaan


Tom Hansen, seorang pria yang bekerja di sebuah kantor pembuat kartu ucapan. Pekerjaan ini bukan mimpinya. Sebarnya, dia ingin menjadi seorang arsitek. Namun keadaan "melemparkannya" ke kantor itu. Kemudian muncul orang baru di kantornya, namanya Summer.

Dijelaskan bahwa, Summer adalah sosok istimewa. Sudah jelas dia cantik, tapi tidak hanya itu, ada banyak sisi menarik yang membuat dirinya layak untuk diistimewakan. Dalam banyak hal, dia mendapatkan banyak keberuntungan. Di sisi lain, dia memberikan keberuntungan pada pihak yang dekat dengannya. Mungkin ini takdir dalam hidupnya, mendapatkan anugerah dapat menarik perhatian orang lain, bahkan dengan tanpa perlu berusaha.

Jika hanya hannya melihat dari keterangan film tentang Summer -orang yang menarik dan selalu diistimewakan-, tampaknya hal itu hanya ada dalam cerita. Namun secara pribadi aku pernah melihatnya. Bahkan terasa pernah dekat dengan orang tersebut.

Saat mendengar rumor jika Summer cukup sombong dengan kecantikannya, Tom lebih menjaga Image untuk acuh padanya. Wanita yang merasa dirinya istimewa, tampak tidak ramah, menuntut untuk “dihargai tinggi” tak layak didekati, begitu pendapat Tom. Tapi perasaan dan keadaannya berubah ketika Summer menyapanya di sebuah lift. Summer bilang, dia menyukai musik yang tengah didengarkan Tom.

Tom pun menjadi tertarik padanya, walau tak berani mengatakan lebih dulu, tapi dia berusaha menarik perhatiannya. Hingga pada Summer mengajaknya berciuman di tempat fotocopy, dan mereka menjalin hubungan sejak itu.

Sebelum hubungan itu dimulai Summer pernah bercerita, bahwa dia tidak tertarik pada komitmen cinta dan rumah tangga. Semua itu karena apa yang sudah dialami dalam keluarganya. Ayah ibunya berpisah, membuatnya berkesimpulan bahwa cinta itu ilusi dan fantasi. Dia hanya menjalani sebuah hubungan, entah karena dia suka, atau memang ada cinta, tapi tidak untuk menikah.

Memiliki hubungan dengan Summer memberi sesuatu yang baru dalam hidup Tom. Dia tampak lebih percaya diri, bersemangat dalam menjalani hari-harinya dan menambah inspirasi dalam bekerja. Saat bersama Summer, Tom tak begitu peduli dengan bagaimana hubungan mereka pada akhirnya. Namun pada saat dia sendiri, ada sesuatu yang membuatnya ingin meminta kepastian pada wanita istimewa tersebut.

Beberapa kali Tom bertanya kepada Summer mengenai hubungan mereka, tapi wanita itu tetap kukuh pada pendiriannya sejak awal. Bukankah lebih baik menikmati apa yang sedang kita jalani, dari pada membahas soal komitmen, begitu pendapatnya kira-kira. Sampai akhirnya Summer mengakhiri hubungannya dengan Tom, dan itu membuatnya kehilangan semangat hidup. Lebih serius lagi ketika dia tahu bahwa Summer memutuskan menikah dengan orang yang baru dia temui.

Sulit bagi Tom untuk menerima keadaan. Merasa bahwa Summer adalah satu-satunya cinta untuk hidupnya. Beruntung sekali masih ada teman yang mau mendekatinya, dan mendengarkan keluhannya. Termasuk juga Rachel, gadis remaja yang memberi saran dengan cukup kasar, namun benar.

“Aku tahu kau pikir Cuma dia satu-satunya. Tapi tidak. Aku rasa kau Cuma mengingat hal-hal yang indah dengannya. Lain kali saat kau kenang lagi. Menurutku kau harus kenang dia lebih dalam.”

Kukira ungkapan ini benar, walau pun tampak tak masuk akal. Gadis sekecil itu tak seharusnya memiliki kosa kata sebaik ini.

Akhirnya, Tom beranjak bangkit, untuk menentukan pilihannya dan mengikuti hasrat pribadinya.

Film ini menggunakan alur maju mundur, tapi ceritanya cukup mudah dimengerti. Beberapa detailnya cukup menarik, mode drama-musical, pacaran di toko IKEA, dan juga sinisme mengenai kartu ucapan. Dalam beberapa plot, film ini juga mendokumentasikan cerita dan juga pendapat mengenai cinta. Tampaknya film ini tidak hanya fokus pada kisah cinta tokoh utamanya, tetapi juga interpretasi mengenai cinta itu sendiri.

Dalam hal romantisme dan melankolisme hubungan asmara, banyak kesamaan antara film ini dan Film La la land. Kulihat ada sisi kurang dan lebihnya dari keduanya. Film ini lebih memberi deskripsi, sedang La la land tidak. Film ini hanya memiliki satu plot musical, sedang La la land adanya lebih dari dua. Dalam pendapatku pribadi, film ini tidak lebih natural dibandingkan dengan La la land. Namun, terlepas dari aneka perbandingannya, kuanggap dua-duanya film sukses, sebab layak untuk dinikmati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yang Berlalu

Tanpa Lagu "Legenda", Gus Dur Tetap Idola

SEKILAS "MAMNU"