Masih Emosional Dalam Bercerita
Sekitar jam 5 tadi aku bangun dari tidurku yang dimulai jam 12 siang. Beranjak
ke kamar mandi, melewati gerimis untuk mencuci muka, lalu asaran. Tidak
cuku puas rasanya, tidur dari jam 12 sampai jam 4, tapi ini terasa lebih baik.
Begadang semalaman adalah sudah menjadi kebiasaanku dari kemarin. Bukan karena
aku menginginkannya, melainkan aku yang tak bisa tidur setiap malam.
Jika malam tidak tidur, maka sudah pasti akan mengantuk sekali
saat siang, dan jika siang kulampiaskan untuk tidur, maka malamnya akan kembali
insomnia. Ini sudah menjadi siklus lingkaran setan sejak lama. Berulang
kali aku mencoba memutusnya, tapi berulang lagi pada akhirnya. Seperti ada
sesuatu yang belum siap untuk tidur malam dan bangun pagi. Mungkin karena
keadaan yang menyamankan, atau ketidakseriusan untuk berubah, bahkan walau
pelan.
Aku termasuk orang yang suli dibangunkan saat pagi,
begitulah yang kuingat sewaktu kecil. bapakku menghabiskan banyak tenaga untuk
membangunkanku. Tapi tidak juga. Saat kuliah aku tidak begitu repot masalah
bangun tidur. memang ada masa-masa telat kuliah gara-gara telat bangun, tapi hal
itu sama sekali tidak menghambat. Yang paling menghambat justru kebiasaan begadang
di warung kopi. Ngomong ngalor-ngidul dengan teman, atau nonton balbalan yang
sedang tayang.
Sudah banyak artikel yang kubaca, juga penjelasan video
mengenai cara menangani insomnia. Namun sepertinya tak mengubah apa-apa. Sekali
tidak mengantuk, tetap saja begitu. Pikiran terus saja melayang-layang, dan pada akhirnya
berkesimpulan yang aneh-aneh. Mungkin aku seharusnya memilih waktu untuk
meditasi. Entah bagaimana pun posisinya, baik terlentang atau duduk. Tapi terus
memejamkan mata dan berfokus pada aliran pernafasan. Begitulah inti dari
meditasi yang pernah kupelajari.
Atau memang tak perlu tidur jika tidak mengantuk. Lakukan saja
apa yang disukai, mungkin membaca, berceloteh di blog, atau mencuci baju di
kamar mandi, yang jelas tidak mengganggu orang lain.
Sebenarnya aku bingung, kenapa aku masih tidak normal dalam
hal tidur. padahal ini bukan masanya lagi untuk nongkrong dan begadang sampai
pagi. Aku sudah enggan untuk diajak begitu. Lebih suka menyendiri dan memandang
layar, entah apa yang bisa dilakukan. Sepertinya bukan hanya soal jadwal.
Memang aku tak punya waktu yang tepat untuk berkegiatan,
kadang pagi, kadang sore, kadang juga malam. Namun hal seperti itu tak harus berpengaruh
sampai berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Mungkin karena banyak hal yang
belum beres dalam diriku. Banyak hal yang belum bisa kuterima, dan berdamai
dengannya.
Salah satu yang paling besar adalah soal ibuku. aku masih
tak habis pikir dengan apa yang dia putuskan sejak pergi dari rumah, saat aku
berumur satu tahu, sampai dengan sebelum meninggalnya. Mengingat wajahnya di
akhir, mengingat omongannya, dan mengingat ketiadaannya dalam hidupku sedari
kecil, semunya membuatku ingin marah pada kehidupan. Menerima semua itu, tidak
semudah membiarkan sesuatu lewat dan pergi begitu saja. Lebih seperti melihat
dan merasakan bagian dari diriku menyayat-nyayat hati, tanpa bisa kutolak. Sebab
waktu itu aku hanya bisa menerima dan bersedih.
Namun aku merasa sudah melangkah. Aku sudah beranjak sedikit
pada apa yang kuinginkan. Aku memilih apa yang aku sudah untuk dijalani. Tidak tampak
mewah, apalagi revolusioner, tapi aku lebih menyukainya dari pilihan yang lain.
Begini lebih baik, tak banyak kesembuhan yang terjadi. Semoga kesembuhan menjadi
lebih baik seiring waktu.
Maafkan aku jika pada akhirnya aku bercerita terlalu emosional, mungkin aku butuh banyak ibadah untuk saat ini.
Komentar
Posting Komentar
terimakasih atas perhatiannya