Mimpi-Mimpi Einstein ; Sebuah Selayang Pandang

Ini adalah “dunia” kesadaran Albert Einstein tentang waktu, dan obrolannya dengan Michel Besso yang merupakan sahabatnya. Aneka pergolakan imajinasi sebelum sang jenius itu mengajukan teorinya mengenai waktu. Ada berbagai perumpamaan, analisa, dan juga imajinasi yang tak mampu dijangkau banyak orang. Ada pandangan bahwa waktu itu sirkular, sebuah perputaran pada porosnya. Pandangan itu terletak di catatan pertama setelah Prolog.

ANDAIKAN waktu adalah suatu lingkaran, yang mengitari dirinya sendiri. Demikianlah, dunia mengulang dirinya sendiri, setepat-tepatnya, dan selama-lamanya. ...

Atau ada juga pandangan mengenai dua jenis waktu ;

DI DUNIA ini ada dua jenis waktu. Waktu mekanis dan waktu tubuh. Waktu yang pertama kaku, laksana pendulum besi raksasa yang berayun maju-mundur. Waktu yang kedua bergeliang-geliut seperti ikan cucut di teluk. Waktu yang pertama tak dapat ditolak, telah ditetapkan sebelumnya. Waktu yang kedua mengambil keputusan sekehendak hati....

Ada pandangan bahwa waktu itu memiliki dimensi, sama dengan ruang, yakni dimensi masa lalu, masa depan, dan masa kini. Ketiganya saling mempengaruhi, tetapi juga bisa dilihat dalam satu dimensi tersendiri. Dibayangkan bila mana setiap manusia hanya memiliki waktu satu hari, artinya tak akan ada hari esok. Pastinya orang tidak akan ada orang yang menunda keinginannya. Semua hal harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh, sebab tak ada hari esok. Bila hari ini gagal untuk dijalankan dengan baik, maka sia-sialah waktu yang kita miliki.

Cara pandang orang Inggris, Time is money, juga masuk dalam pembahasan. Sebuah pandangan dari kaum materialis yang kasar. Sebab ketika waktu, sesuatu yang sebenarnya abstrak, dilihat sebagai uang, maka manusia dan segala yang berjalan dalam waktu ini lebih rendah dari uang.

Buku ini mengungkapkan kalau setiap waktu memiliki dampak pada perilaku dan kecenderungan manusia. Di sisi yang lain, ada nuansa keterasingan dalam setiap dunia dalam dimensi waktu tertentu. Refleksi terbaik adalah, bagaimana menjangkau sesuatu yang melampaui waktu itu sendiri. Yakni tentang “kepenuhan” makna dalam setiap waktu yang dijalani. Sebab keterasingan adalah ketiadaan makna dalam waktu yang dijalani.

Sang penulis sendiri, Alan Lightman, adalah orang yang fokus pada kajian fisika, khususnya tentang waktu. Buku ini adalah seri fiksi dari beberapa karya non-fiksinya. Di sini dia mengungkapkan sesuatu yang, bisa dibilang, melampaui nalar fisika itu sendiri. Tentang bagaimana fisika tentang waktu dapat dilihat sebagai pusat pergerakan semesta. Memahami waktu dengan lebih baik, membuat kita bisa membuat aneka hal dalam hidup, seperti tragedi, kenangan, harapan, dan juga penyesalan, menjadi kaya dengan aneka perspektif mengenai waktu.

Untuk menyukai buku ini, tidak perlu orang yang menguasai fisika, atau punya kecenderungan mengenai hal tersebut. Namun pandangan mengena waktu dalam buku ini layak untuk di baca untuk berbagai kalangan, mulai dari pelajar, seniman, guru, dan juga masyarakat umum. Dengan membaca buku ini, mereka akan mengerti, dan mungkin bisa merasakan, kalau waktu memiliki banyak dimensi.

Dari membaca buku ini, mungkin bisa disimpulkan bahwa waktu terbaik adalah saat ini, dan jika ingin mengenai waktu dengan lebih baik, maka kenalilah waktu “saat ini”. Sebab seberapa pun dimensi mengenai waktu, ada sesuatu yang berperan besar menentukan dibalik perjalanannya. Kita bisa membaca waktu lewat persepsi kita, namun kita juga bisa menyerahkan jalannya waktu pada Sang Penggerak Utama.

 

Komentar