Untuk Diriku
Entah apa yang kulakukan selama ini? Tidak tergerak untuk menulis. Hanya menghibur diri dengan membaca. Bahkan perjalanan ketika aku pergi ke Semarang untuk berziarah, dan menghadiri acara seribu hari penulis idolaku belum juga kutulis, padahal aku sudah kurencanakan sejak dalam perjalanan. Sudah kubuat materinya di catatan. Mungkin memang masih malas, lebih memilih waktu untuk melamun dibanding menuliskan sesuatu. Adanya pekerjaan lain tak pernah layak untuk menjadi alasan. Seiring waktu berlalu, rasanya menjadi semakin tumpul.
Eh, sebentar lagi bahkan sudah mau puasa.
Hari-hari menjelang puasa adalah pertanda sudah berapa lama
aku di tempat ini. Sudah berapa tahun? Berapa tahun itu tidak sejalan dengan
apa yang terasa kudapatkan. Masih banyak rasa kekurangan dalam diriku. Masih
banyak hal yang ingin kulakukan, walau juga tak kunjung kulaksanakan, tapi aku
menjadi semakin rakus. Semakin lama, semakin menginginkan banyak hal, semakin
ingin banyak baca buku, semakin berharap memiliki sesuatu, semakin tergoda
untuk berkunjung ke suatu tempat, dan banyak hal dari banyak aspek yang aku
menjadi menginginkannya.
Aku tak bisa menahan diri. Semua yang tampaknya tertahan,
hanyalah sebab dari aku tak ada kemampuan atasnya. Aku sama sekali tak ada
semangat untuk berpuasa, untuk menahan diri pada apa yang sebenarnya aku
mampu mendapatkannya. Mungkin dari situ aku juga tak bisa merasakan nikmatnya
berbuka dan berhari rasa selama ini.
Kemarin aku baru mendapatkan Tablet yang bagus dari
seseorang. Dari sana, semangatku untuk
membeli buku fisik menjadi berkurang.
Lebih banyak aku mengunduh buku dari website, padahal aku tahu itu lebih dekat
dengan ke-ilegal-an. Aku merasa menjadi tidak begitu menghormati si penulis dan
penerbit. Menghormati sesuatu yang aku sukai, tapi aku juga tidak menghindar
dari godaan untuk mengunduh buku terus menerus, walau pun semangat dan
kemampuan bacaku sangat terbatas, alias malas. Hasrat membaca yang minimal,
dibandingkan dengan hasrat memiliki yang membludak. Rasanya ini termasuk
kerakusan psikologi di era digital. Entah bagaimana aku akan menyambut puasa
dengan kerakusanku yang masih menggila?
Menjelang Puasa
Komentar
Posting Komentar
terimakasih atas perhatiannya