KEMARIN

Kemarin, aku cukup percaya diri, dan sedikit sombong, untuk menentukan mau ke mana dan melakukan apa? sekarang tidak lagi, aku terjebak dalam kesendirian tanpa tujuan.

Kemarin aku tegas merancang ini dan itu, bahwa yang ini akan begini dan yang itu akan kubuat lain. Sedang hari ini aku sendiri tak punya apa-apa, dan tak tahu harus bagaimana.

Mungkin ini adalah momentum di mana aku merasa diriku tak tertolong. Aku begitu bingung, kadang ingin marah, dan juga sakit hati. Aku ingin melampiaskan emosiku, tapi juga tak tahu harus bagaimana untuk melanjutkan hidup. Aku kehilangan jalan untuk di tempuh, juga kehilangan tujuan untuk dituju. Aku hampa dan tak berdaya. Terasa hidupku sudah tak ada gunanya, dan kadang ingin mati saja.

Aku sedang berada di rumah. Kepulangan yang awalnya kupikir hanya untuk berkunjung, berubah menjadi keputusan untuk tinggal. Sebuah keputusan yang emosional, tapi juga merupakan ujung dari ketidakjelasan hidup yang sampai saat ini kujalani.

Awalnya aku tersinggung pada sesuatu. Aku tak bisa menerima untuk tidak dianggap siapa-siapa, dengan itu aku merasa lebih baik untuk pergi, dan entah apakah akan kembali. Kini aku benar-benar tak kembali ke tempatku semula, dan aku tak tahu bagaimana menjalani hidupku di sini. Rencana yang awalnya kubuat dan kujadikan harapan satu-satunya, berubah total menjadi masalah yang menyerangku.

Awalnya aku akan bisa melakukannya, sebab ada yang bilang bisa untuk memberiku pinjaman untuk hidup dan memulai sebuah usaha. Tapi kemudian jawabannya berubah, pinjaman itu tak sesuai dengan apa yang kuminta. Aku menjadi emosi dan hanya ingin marah, menjadi stress sebab rasa marah sakit hati dan bingung berkumpul jadi satu dalam diriku.

Aku merasa sudah memilih keputusan benar untuk tinggal di rumah, tapi menjadi masalah besar saat rencanaku berantakan dan tak tertolong. Aku jadi merasa sendiri, kehilangan harapan dan merasa tak bisa lagi diharapkan. Pada saat-saat tertentu belakangan ini, aku bahkan merasa ingin mati saja. Yah, benar, aku sendiri menyadari bahwa jiwa ini ingin menyerah.

Kini aku merasa kalau dunia tak punya tempat untuk menampung eksistensiku, eksistensi orang sepertiku. Aku merasa kalau diri ini akan gagal dalam menjalani hidup, hingga tak ada artinya lagi untuk melanjutkan hidup. Bahkan merasa sudah dikhianati dan tak dianggap apa-apa, oleh orang yang sudah sekian tahun aku ikut padanya.

Tapi mungkin aku sendiri yang salah dan tak tahu diri, atau aku yang tamak, sebab menginginkan apa yang tidak sepantasnya aku minta. Ketika permintaan itu tak kesampaian, aku jadi marah dan menyalahkan orang lain.” Dan begitu sisi lain diriku membantahnya.

Bahkan sampai saat ini aku masih begitu berharap untuk diberi, hingga itu semua membuat kesombonganku hancur dan jiwaku menjadi lemah. Hidupku seakan berhenti, sebab tak tahu harus bagaimana lagi. Aku merasa tak ada lagi pijakan, kehilangan harapan, dan ini semua salahku yang tak bisa berjalan dengan kesabaran

Pada awalnya aku cukup aktif untuk berkegiatan, mulai dari mengaji di rumah, ziarah ke makam ibu, membersihkan pekarangan rumah, dan juga kegiatan lingkungan. Tapi saat aku tak lagi mendapatkan dana, aku menjadi kehilangan kendaraan dan tak lagi tahu tujuan.

Aku kembali enggan untuk menjalani hari-hari dengan kegiatan di sekitar rumah, juga mengaji untuk menata diri. Mulai terlintas dalam benakku, bahwa selama ini aku berkegiatan sebab nafsu, bukan karena taqwa. Aku jadi mengabaikan Tuhan sebab keinginanku tak kesampaian.

Ya Allah, ampuni aku yang sombong dengan hidup yang kau berikan.

Tapi aku bingung ya Allah, damaikan aku untuk menjalaninya.

Komentar

  1. Aku cuma mau bilang dengan ceritamu ini, dari pelajaran-pelajaran hidup yang kudapat kemarin-kemarin. Kadang aku menyangka jika komunikasi yang baik itu dilakukan saat berhubungan dengan orang lain; tapi ada komunikasi yang menentukan berbagai realitas yang aku hadapi, yaitu komunikasi dengan diri sendiri. Sejak menyadari ini, aku berusaha untuk berkomunikasi dengan baik pada diriku sendiri. Sederhana apa pun itu. Aku harap, kamu bisa berkomunikasi dengan baik pada dirimu sendiri, Wan. Semangat ya, hidup kita sama-sama berat, tapi menolak menjadi lemah dan bodoh adalah kekuatan kita.

    BalasHapus

Posting Komentar

terimakasih atas perhatiannya

Postingan populer dari blog ini

Film Perfect Day; Tentang Karakter Dalam Menjalani Hidup

Jari-jariku

MENGENAI KONTRAK PRIBADI DENGAN TUHAN