Postingan

Menjelang Fajar Pagi

Gambar
Menjelang Fajar Pagi Aku berharap dengan sepenuh hati Terasa dekat dan terselimuti Damai dan penuh percaya diri Pikiran tumbuh dan bersemi Harapan itu kuat penuh arti Tampak nyata dalam sepi Malu membohongi diri sendiri Selalu engkau pergi dan kembali Aku malah sering lalai dan lari Pada kenyataannya yang tak bisa dihindari Semuanya ada tanpa harus dicari Menjelang fajar pagi Terasa damai dalam harapan sejati Aku berat jika harus ditinggal pergi Menjelang fajar pagi Akankah ini bertahan hingga esok hari Semoga terus kita berjumpa kembali

Menulis Sebagai Sikap, Menulis Sebagai Seni

Gambar
Bingung mau mulai dari mana. Yang jelas aku ingin menulis. Tadi pagi aku menelefon ibuku, tapi tak diangkat. Kemudian aku menelefon mbakku yang saat ini berada di Singapura. Seperti biasa, aku tidak banyak bicara di hadapannya. Hanya menanggapi sedikit. Kebanyakan wanita yang kutemui sama dalam hal bicara, mereka hanya mau didengar. Mulai dari ibu, kakak, tetangga, saudara, bahkan mantan pacar. Aku tidak ingin membantah hal itu. Hanya butuh peduli pada hal-hal yang menurutku benar. Ku pikir mendengar bukanlah hal yang konyol. Walau kadang membosankan, tapi dia mengandung banyak kebijaksanaan. Dari sekian jam aku menelefon dan mendengar omongan mbakku, aku bisa merasa kalau yang dibicarakan adalah kejujuran. Memahami ini terasa lebih baik. Sebab kejujuran dari sebuah kata itulah yang bermakna, bukan pesan yang dia sampaikan. Jika aku yang harus ngomong panjang lebar dengannya, Ku pikir akan lebih banyak kebohongan pada ucapanku. Rasanya beruntung karena lebih banyak mendengar. Mba...

Rasa Ingin Dipahami

Gambar
Belakangan ini aku tidak menulis status di- WA. Bahkan tampak tidak pernah. Hanya sekali membagi foto di awal puasa. Ada rasa enggan untuk dilihat orang begini atau begitu. Lebih ingin menyimpan semua perasaan dalam diri. Mencoba menjadi misteri, walau sebenarnya tidak begitu penting. Bahkan sama sekali tidak penting. Diakui atau tidak, ada perasan ingin- atau mungkin- berharap dipahami orang lain saat diri ini mengunggah sesuatu. Apalagi jika itu dilakukan di media sosial yang paling privat dalam ponsel. Perasaan itu membutaku bertanya pada diriku sendiri, benarkan aku ingin dipahami orang lain? Tidak. Kesadaranku menjawab begitu. Aku tak ingin dipahami orang lain. Aku ingin menyelesaikan sengkarut dalam perasaanku sendiri. Tak peduli berapa lama dan berapa susah. Aku memang membuat sedikit cuitan di twitter. Namun hal itu kulakukan dengan sedikit kesadaran. Lebih banyak hasrat untuk menunjukkan bahwa aku masih ada, dan sering membuka media sosial yang satu itu. Untuk melihat info yan...

Malam Ini Iidak Tarawih

Hujan deras, kilat, dan petir bersahutan di luar. Aku bahkan mengaktifkan mode pesawat pada ponsel. Sendiri di kamar sambil membawa pikiran melanglang buana. Aku teringat saat puasa di Jogja. Saat masih mengerjakan skripsi, atau sebelumnya. Saat itu aku jarang sekali puasa. Saat takwa begitu lemah. Terpikir lagi pertanyaan, apakah jika aku sendiri di kota entah mana, aku akan menjalankan puasa setertib ini? Jawabannya tidak. Lebih banyak keadaan yang mendorong kita pada suatu keputusan, bukan kesadaran, begitu pula denganku. Keadaan ekonomi mungkin yang pertama, psikologi, dan eksistensi menjadi pemicu seterusnya. Sepertinya, akan lebih baik untuk memperbaiki keadaan lebih dulu, kemudian disusul dengan kesadaran. Takwa itu bukan takut, tapi abdi. Begitu kata HAMKA. Mulai aku bertanya seberapa lemah rasa pengabadian ku, bahkan pada diriku sendiri. Dalam banyak hal mungkin aku tak menghargai diri. Terlalu santai. Lebih sering mepet dalam mengerjakan hal-hal penting. Ini penyakit ya...

Panas Dingin

Gambar
Antara panas dan dingin. Beginilah perasaan yang terjadi sekarang, juga cuaca. Tak bisa diprediksi bahwa saat ini sudah masuk musim panas, sebab hujan bisa turun tanpa diduga. Mungkin bukan karena ada sesuatu yang salah dengan alam, tapi cara kita melihat alam yang mesti diperbaiki. Sore tadi, setelah habis minum obat dan kemudian menelefon ibu, aku kembali melamun dan melihat diri. Bayangan mengenai hati yang kotor -yang sering kudengar dalam Youtube ngaji filsafat pak Faiz- kembali menghantuiku. Tanda-tanda itu tidak hanya terasa, tapi juga jelas terlihat. Tidak hanya soal malas untuk melakukan ibadah, hati yang enggan dengan kebaikan, tapi juga terlalu larut -dan bahkan tenggelam- dalam aneka hal yang tidak penting. Melihat ponsel salah satunya, dan terasa selalu begitu. Tanpa terasa, sebentar lagi akan memasuki bulan puasa. Benar-benar tanpa terasa. Sebab aku sendiri pun tak pernah merindukannya. Memikirkan akan datangnya bulan puasa, juga memikirkan tanda-tanda hat...

pagi ini

Gambar
Dalam melamun, aku bicara pada diriku. Jangan takut, jangan ragu, jangan gusar. Jangan hampa. Jangan biarkan emosi negatif menang dalam dirimu.

Sekilat

Gambar
Melamun waktu ngaji. Tiba-tiba sebuah nasehat mendatangi benakku. Ia berkata: "Ia lebih bisa bersikap dewasa dan profesional ketika bersama orang lain, tidak sama dengan mu. Jadi mungkin keadaan ini lebih baik". Pikiran dan hatiku menguatkannya,  Tapi Akan selalu ada "Tapi".