entah,,,,
Akhir-akhir ini rasanya tubuh dan
fikiranku kacau. Kufikir hanya fikiranku saja yang semula kacau. Ternyata
tubuhku pun juga. Hampir setiap malam aku merasa masuk angin dan ada waktu
dimana aku mual dan ingin muntah. Aku menjadi orang yang tak sekuat biasanya.
Fikiranku bertanya, inikah bagian dari tantangan yang harus kulalui untuk
menyelesaikan masalah yang saat ini harus kuhadapi?, apakah harus seperti ini?,
adakah ini menjadi pembatas antara masalaluku dan yang akan datang?.
Dari novel yang tadi selesai aku
baca, aku menyadari bahwa banyak orang juga mengalami masa kacau dalam
hidupnya. Masa dimana setiap hari dan setiap kegiatan adalah kebodohan dan
ke-sia-siaan. Dan kemudian mereka dengan tekun bisa bangkit dan mulai bisa dipandang
sebagai orang. Kini aku mengalaminya, masa kelam yang begitu buruk dalam
perasaanku. Tak ada lagi semangat, tak ada lagi hargadiri, tak punya reputasi
dan tak mendapat kepercayaan. Semuanya itu mengitari keadaanku. Aku menyesali
apa yang telah aku lakukan meski kadang secara malu-malu aku masih
menginginkannya. Akal sehatku rasanya tak mampu berbicara dengan tegas. Ego dan
luka dalam diriku hanya akan membuatku sakit dalam melangkah. Aku kehilangan
pegangan, aku tengah kehilanga tujuan, aku tak bisa menentukan kemana langkahku
esok hari, atau bahkan satu jam kedepan. Aku kehilangan diriku atau malah sama
sekalu belum bisa menentukan siapa diriku. Aku adalah seorang “senja” yang
kehilangan pagi. Padahal aku tahu “pagi” begitu berarti. Pagi adalah semangat
hidup, pagi adalah jalan menjalani kehidupan, pagi merupakan perwujudan dari
hidupnya dunia dan gairah untuk menghidupi kematian. Aku merasa pagiku telah
hilang dan yang tersisa hanyalah senja yang malas, bersama dengan kenangan yang
masih saling berpelukan.
Aku berusaha melepaskan pelukan
kenangan itu. Berusaha meng-ikhlaskan semuanya. Tapi nyatanya sampai saat ini
aku masih membawa barang rampasanku atasnya. Ini sebuah pilihan yang sulit.
Keadaanku akan makin kacau tanpa alat ketik ini. Meski beigtu aku akan berusaha
menjaganya, tak akan aku biarkan apa yang dia titipkan padaku selama ini
sia-sia. Aku sungguh bingung sekali saat harus bebicara mengenai dia. Awal dari semua kesalahan yang terjadi antara
aku dan dia adalah kebodohan dari sikapku. Aku tak memiliki keberanian yang
murni dan kuat untuk menjalani apa yang telah aku putuskan. Akupun tak mampu
untuk mengontrol diriku untuk berfikir lebih jauh mengenai yang sebaiknya. Aku
akui saja kalau saat itu aku masih menghamba pada gengsi, nafsu, ego dan juga
omongan orang lain. Aku tak bisa menghadapi ujian atas sikapku di medan itu.
Hingga saat semuanya kacau, aku malah mencari pembenaran atas diriku. Aku tak
mampu teguh pada sikap dan keputusan yang aku buat sejak awal. Itu satu hal
yang membuatku terlihat belum dewasa sebagi manusia.
Semua ini memang soal aku dan
diriku. Ini bukan lagi soal pengaruh masa lalu keluargaku hingga menjadi aku. Aku
bisa memahami mereka dan mengerti akan sikap dan situasi mereka. Kini memang
masaku bisa berikir, bersikap dan bertindak dengan diriku yang merdeka. Tapi
ternyat yang kulakukan adalah kesalahan besar dan malah merepotkan mereka. Aku
baru menyadari, benar bahwa hartaku yang paling berharga adalah mereka,
keluargaku. Maka dengan itu aku musti menjaganya dari akibat kesalahanku. Aku
harus menghadapi semuanya yang harus kuselesaikan. Menjawab persoalan yang
selama ini menjadi masalah atas diriku. Akan ku korbankan diriku untuk semua
itu. Hingga tak ada satu titik pun yang akan menjadi dampak untuk keluargaku.
Komentar
Posting Komentar
terimakasih atas perhatiannya