Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2020

Ungkapan Cinta

Gambar
Bukan posisiku untuk mengungkapkan cinta padamu Tapi semoga saja belum, karena sebenarnya aku mengharapkannya Andai aku lahir bukan sebagai diriku Mungkin aku tidak akan merasa sebegini Tapi layakah semua itu diungkapkan? Cinta tetaplah cinta, dan atas nama cinta kita ada Walaupun sebenarnya aku takut jika cintaku hanya terbawa suasana Cinta yang sebenar-benarnya memang tidak hadir begitu saja Sebelum aku berucap cinta padamu, akan kuterima dulu hidupku Dan bila nanti kekecewaan hidup mengubah arah cintaku Kuharap masih ada perasaan yang tersisa antara kita

Yang Tersisa Dari Rumahku

Gambar
Di rumahku tidak ada apa-apa. Bukan berarti di sana tidak ada sesuatu pun. Melainkan tidak banyak hal yang kuanggap istimewa. Tidak ada sesuatu mulai dari perabotan sampai pada kenagan. Ada cukup banyak Ingatanku tentang rumah yang itu lebih berupa kepahitan, dan belum lama ini aku bisa dengan jujur menceritakannya pada orang lain. Sebelumnya aku bahkan tak menyadari bahwa itu adalah perilaku buruk saudarku untukku. Di saat teman tengah bercerita mengenai keluarganya, aku juga bercerita keadaan dengan keluargaku. Namun cerita itu berupa kebohongan. Berupa hayalanku sendiri mengenai keluarga yang kuidealkan dan kuanggap istimewa. Tapi pada waktunya kita akan sampai pada ketidakterimaan jiwa, yang kemudian itu menuntu kita untuk jujur pada diri kita sendiri. Kita mulai melihat bahwa reflek sikap dan kecenderungan kita hari ini adalah akibat dari bagaimana kita terus diperlakukan pada waktu kecil. Perlakuan yang buruk saat kita kecil akan memunculkan rasa ketidakterimaan dan juga dendam y

Ketika Santri Membicarakan Hari Santri Nasional

Gambar
himaprodiesystais.wordpress.com Sore itu Ahmad berangkat ke ruang pengurus. Di sana Ahmad dan beberapa  lain akan rapat mengisi hari santri nasional. Acara itu akan diadakan tepat pada tanggal 22 Oktober nanti. Pertemuan ini bertujuan untuk menuliskan konsep acaranya dan juga rangkaian teknis acara tersebut.  “Assalamualaikum” Ahmad masuk dalam forum pengurus yang sedang berpencar. “Waalaikumsalam” jawab sebagian santri di dalam. “Wah, Ahmad belum telat ternyata” ucapku sambil menceri tempat duduk. “Gak apa-apa kang, wong acaranya juga belum dimulai kog. La memang sampean dari mana?” Tanya Fikri, sang ketua pondok. “Habis baca buku kang, tadi keren banget isinya.” Jawabku “Buku apa emange?” sahut fikri “Novel Harry Poter. Meskipun bukunya tebal tapi petualangannya bagus sekali. Ahmad heran, kog bisa ya, orang membuat cerita sepanjang itu dan sekeren itu? Bayangin coba, masak ada yang namanya permen rasa ‘kotoran telinga'. Itu kan gak terbayang gimana rasanya” Fikri menjawab sederha

Hari-hari

Beberapa hari ini aku jarang menulis. Sepetinya memang tidak ada hal yang begitu terasa pontensial untuk ditulis. Bukan karena aku enggan memaksa diri untuk benar-benar menulis dengan baik. Mungkin karena menulis juga butuh isi dan aku belum tahu apa yang akan aku tulis. Aku merasa kosong secara pengalaman dan juga wawasan akhir-akhir ini. Mau nulis soal politik yang lagi rame, tapi ternyata aku tidak cukup tahu. Begitu juga dengan menulis soal nilai-nilai yang menarik. Ternyata aku sendiri juga belum banyak mendalami nilai-nilai. Sebagaimana mana puisi mbah Emha yang menghentak itu Kita tidak pernah serius dengan nilai-nilai, bahkan terhadap Tuhan pun kita bersikap setengah hati. Dalam hati sebenarnya aku agak terpenjara oleh paradigma teori dan praktik. Namun setelah aku hayati cukup lama, ternyata ini bukan soal terori atau praktik. Ini adalah soal bagaimana aku memilih jalan hidup dan menjalaninya. Itulah persoalan pribadi yang aku hadapi selama ini. Jika dalam hal pribadi saja kit

Metode Menulis

Satu lagi metode Menulis yang ingin kutuliskan, selain dari metode dari pak Prie GS kemarin. Kali ini metode itu datang dari Mbah Emha Ainun Najib. Pada sebuah acara bernama Kenduri Cinta, Mas Sabrang bilang kalau dia bingung untuk menulis. Dia merasa kesulitan untuk membatasi pikirannya saat menulis. Rasanya itu mirip sepertiku. Aku juga selalu bingung untuk menentukan batasan atas apa yang aku tulis. Hingga kemudian aku ragu pada yang akan kutuliskan. Atau akan terlalu banyak kalimat bersayap nantinya. Yang paling parah adalah, tulisan itu akan macet total. Sebab kebingunganku untuk menulis kalimat selanjutnya yang tak kunjung yakin.  Tapi kemudian mas sabrang bilang kalau beliau pernah diberi tahu oleh Mbah Emha, “seng penting koe nngerti ngarep e karo pok e, sek tengah arep kok gawe njoget sak kerepmu orapopo” yang penting kamu tahu depan sama ujungnya mau nulis apa, urusan tengahnya bisa kamu akselerasikan sesukamu. Mendengar ungkapan itu saya langsung ingat dengan tulisan Mbah Em

Saya memang tidak terlalu istimewa

Gambar
Pada akhirnya masih saja begitu ingin untuk menjadi pengarang. Entah ini karena alasan kedekatan teknis atau hanya soal naluri untuk bermalas-malas. Karena yang bilang bahwa penulis itu lebih sebagai pekerjaan orang malas. Hanya diam di dalam kamar dan sibuk menjelaskan ide-ide dengan merangkai kata. Atau mungkin ini memang keinginan diri saya yang otentik? Karena pada akhirnya saya lebih suka menghabiskan uang untuk membeli buku di tengah kemepetan keuangan yang lain. Tentu menulis bukanlah keinginan pertama dalam hidup saya. Sebagaimana naluri anak pada umumnya, saya dulu memiliki harapan untuk menjadi artis ternama. Tampil di depan panggung dan disoraki oleh banyak idola. Bahkan hanya menjadi penikmat sebuah konser musik saja begitu menyenagkan, palagi saya yang akan berada di panggung itu dan ditonton oleh ribuan pasang mata. Tentu itu sebuah perasaan yang luar biasa.  Namun pada kenyataanya saya juga tidak memiliki usaha yang lebih untuk mewujudkan hal itu. Entah karena saya orang