Postingan

Gelombang Yang Jauh dari Pelabuhan

Di pelabuhan Kau tertekan Tidak bahagia Tak ada cinta Di tengah lautan Terkoyak gelombang Kehilangan tujuan Kau benci masa silam Di dalam jiwa Merasa hampa Kau nelangsa Hilang makna Kau menghiba Entah kemana? Pada apa? Untuk siapa?

Saat Kau Mendua

Gambar
Aku teringat percakapan itu. Saat kita mulai berdebat soal idola masing-masing. Kau tampak sinis saat kubilang kalau aku suka lagu Dewa 19, apalagi menyukai lagu Rhoma Irama. "Mengapa kau suka orang seperti itu? Mereka bukan tipe orang yang setia dengan pasangannya." Celetukmu mencibirku. "Tapi menurutku lagu mereka bagus dan bisa dinikmati. Biarkan saja orangnya kayak gitu " jawabmu saat itu. Entah kenapa kau begitu bersemangat jika membicarakan soal ini. Padahal aku kurang peduli dengan selera musik kita masing-masing. Terkadang sebenarnya aku juga ingin mencibir saat kau lebih suka musik K-pop yang bagiku kurang bisa dinikmati. Atau pada musik-musik indie yang kau bilang penuh dengan idealisme dan pemberontakan. Aku tidak tahu apakah kau mengenal musisinya secara personal atau tidak. Jangan-jangan kau hanya terpesona oleh rupa-rupa citra yang di kau lihat di sosial medianya. Atau jangan-jangan malah aku yang seperti itu. "Orang yang tidak bisa menjag...

Ngopa-ngopi

Gambar
Habis makan langsung ngopi Lupa kerja, lupa istri Sebelum makan mikirin kopi Cari gula, cari panci Di sana ngopi, di sini ngopi Kemana-mana bawa kopi Maju ngopi, mundur ngopi Kemana-mana mikirin kopi Hidup hanyalah mampir ngopi Tak perlu semua masuk ke hati Belajar dari ilmu secangkir kopi Makin tua, sayang anak istri

Cintaku Terhalang Kali Brantas

“Mak, bagaimana dengan si denok kemarin?” Aku menanyakan soal cewek yang kemarin kuajak ke rumah dan ku kenalkan dengan emak. “La kamu sendiri gimana?” jawab emak sambil melipat pakaian yang tadi sore baru diambil dari jemuran. “aku ikut kata emak aja” kataku. “sek, tak tanya dulu. Kamu bener mau ikut kata emak?. Apakah kamu serius maunya Cuma sama dia? Gak coba cari dulu yang lain. Lawong wedokan yang lebih cantik juga masih banyak.” “Kog sampean malah ngomong gitu? Sampean gak suka sama dia?” “Dia itu rumahnya di daerah selatan Kali Brantas. Sejak jaman mbahmu dulu kita gak boleh kawin dengan yang nyebrang kali, itu jadi pantangan dari leluhur kita” Rasanya aku ingin langsung protes. Tapi emak malah melanjutkan perkataannya sembari melipat baju. Tanpa dia memandangku dan mungkin dia tidak mau mengerti dengan perasaanku. “Kalo kawin nyebrang kali, itu akan membuat usia perkawina bertahan lama. Karena Kali Brantas sifatnya memisah. Ini memang tidak ada hubungannya dengan agama. T...

Note 3

Malam ini aku tak ingin keluar. Namun bukan berarti aku memilih untuk sendiri. Tapi ini sekedar usaha untuk menghadapi rasa kesendirian dan kesepian yang kualami. Hal ini tentu terbantu karena aku memiliki uang untuk mengisi perutku dan memenuhi kebutuhan merokok. Jika tidak pilihannya akan pasti akan berbeda. Setelah keluar untuk mencari makan, aku membuat kopi dan menyalakan sebatang rokok. Kemudian kulanjutkan membaca novel yang belum kuselesaikan. Entah mana yang utama dari kegiatan itu? Merokok atau membaca, yang pasti salah satunya adalah sekunder atau bahkan tersier. Larut dalam sebuah bacaan sudah menjadi kebiasaan. Hal itu lebih banyak membantuku untuk melupakan atau bahkan meninggalkan kenyataan. Lembar demi lembar yang terbaca menimbulkan anestesi, seperti lagi Efek Rumah Kaca yang berjudul Jangan Bakar Buku . Bagiku buku telah banyak membantu hidupku. Memang tidak hanya dari sudut keterasingan itu. Namun kurasa perannya lebih banyak di sana. Setiap orang pasti memiliki...

Note 2

Di sepanjang malam rasanya dunia berhenti untukku. Kemudian yang tertinggal adalah aku dan duniaku sendiri. Aku yang tengah berpikir atau merenung mengenai diriku. Aku yang telah melihat diriku dengan “mata semestaku”. Apakah yang sedang terjadi padaku? Aku tahu jawabannya adalah persoalan berikutnya. Namun yang lebih membuatku resah adalah ada apa yang sampai saat ini aku lakukan. Aku seperti belum melakukan apa-apa. Itu terlihat dari aku yang belum mencapai apa-apa. Sebuah pencapaian itu penting. Kata mas Zen, “pencapaian” adalah bagian dari naluri manusia. Saat kita masih bayi dan belajar berjalan, kita selalu berusaha mencapai kemampuan kita untuk berjalan. Bahkan tanpa logika. Karena memang pada masa itu logika dalam diri kita belum berfungsi. Logika baru berfungsi saat ini. Saat ada banyak pertimbangan dalam mencapai target. Akhirnya rasa takut banyak bermunculan di sana. Rasa takut gagal. Takut tertimpa risiko. Dan akhirnya merasa terpuruk. Padahal pada saat kita masih kecil ...

Pada Suatu Hari

Katanya mengawali cerita dengan kata “pada suatu hari” adalah hal yang buruk. Kata siapa? Kata para penulis yang merasa sudah bisa menulis lebih baik. Benarlah hal tersebut? Kupikir tidak. Karena tetap ada cerita jaman dahulu yang diawali dengan kata itu dan tetap bagus sampai sekarang. Bisa jadi itu adalah soal isi ceritanya, bisa juga soal bagaimana cara menceritakannya. Cerita yang bagus tetaplah cerita bagus. Bukan cerita yang diawali dengan ini atau itu, tapi cerita yang ditulis dengan hati. Tapi pendapat itu adalah sudut pandang baru dari generasi masa kini. Sebuah pemberontakan atas nilai-nilai dan juga cara berpikir lama. Jika hanya duduk nyaman dengan cara lama akan banyak berisiko. Risiko tertinggal dan akhirnya meninggal. Namun aku harus tetap mengawali cerita ini dengan kalimat itu. Karena dalam cerita ini ada peran masa lalu bersama dengan rasa romantismenya. Kau boleh saja menganggap ini terlalu berlebihan. Atau kau malah enggan untuk melanjutkan membaca. Tapi bagiku...