Postingan

Malam Ini Iidak Tarawih

Hujan deras, kilat, dan petir bersahutan di luar. Aku bahkan mengaktifkan mode pesawat pada ponsel. Sendiri di kamar sambil membawa pikiran melanglang buana. Aku teringat saat puasa di Jogja. Saat masih mengerjakan skripsi, atau sebelumnya. Saat itu aku jarang sekali puasa. Saat takwa begitu lemah. Terpikir lagi pertanyaan, apakah jika aku sendiri di kota entah mana, aku akan menjalankan puasa setertib ini? Jawabannya tidak. Lebih banyak keadaan yang mendorong kita pada suatu keputusan, bukan kesadaran, begitu pula denganku. Keadaan ekonomi mungkin yang pertama, psikologi, dan eksistensi menjadi pemicu seterusnya. Sepertinya, akan lebih baik untuk memperbaiki keadaan lebih dulu, kemudian disusul dengan kesadaran. Takwa itu bukan takut, tapi abdi. Begitu kata HAMKA. Mulai aku bertanya seberapa lemah rasa pengabadian ku, bahkan pada diriku sendiri. Dalam banyak hal mungkin aku tak menghargai diri. Terlalu santai. Lebih sering mepet dalam mengerjakan hal-hal penting. Ini penyakit ya...

Panas Dingin

Gambar
Antara panas dan dingin. Beginilah perasaan yang terjadi sekarang, juga cuaca. Tak bisa diprediksi bahwa saat ini sudah masuk musim panas, sebab hujan bisa turun tanpa diduga. Mungkin bukan karena ada sesuatu yang salah dengan alam, tapi cara kita melihat alam yang mesti diperbaiki. Sore tadi, setelah habis minum obat dan kemudian menelefon ibu, aku kembali melamun dan melihat diri. Bayangan mengenai hati yang kotor -yang sering kudengar dalam Youtube ngaji filsafat pak Faiz- kembali menghantuiku. Tanda-tanda itu tidak hanya terasa, tapi juga jelas terlihat. Tidak hanya soal malas untuk melakukan ibadah, hati yang enggan dengan kebaikan, tapi juga terlalu larut -dan bahkan tenggelam- dalam aneka hal yang tidak penting. Melihat ponsel salah satunya, dan terasa selalu begitu. Tanpa terasa, sebentar lagi akan memasuki bulan puasa. Benar-benar tanpa terasa. Sebab aku sendiri pun tak pernah merindukannya. Memikirkan akan datangnya bulan puasa, juga memikirkan tanda-tanda hat...

pagi ini

Gambar
Dalam melamun, aku bicara pada diriku. Jangan takut, jangan ragu, jangan gusar. Jangan hampa. Jangan biarkan emosi negatif menang dalam dirimu.

Sekilat

Gambar
Melamun waktu ngaji. Tiba-tiba sebuah nasehat mendatangi benakku. Ia berkata: "Ia lebih bisa bersikap dewasa dan profesional ketika bersama orang lain, tidak sama dengan mu. Jadi mungkin keadaan ini lebih baik". Pikiran dan hatiku menguatkannya,  Tapi Akan selalu ada "Tapi".

16/02/2023

Gambar
Hari ini aku membelanjakan cukup banyak uang untuk buku. Aku merasa ini pemborosan, di sisi lainnya aku seperti melampiaskan egoku. Tak tahu harus bagaimana untuk diri sendiri. Tidak merasa cukup "penuh" untuk menjalani sebuah hal. Aku tak bisa menganggap ini adalah caraku mencintai diri sendiri. Ini lebih pada caraku mengumpulkan sesuatu, dalam diri yang kosong. Sebenarnya aku kurang mengenal apa yang disebut orang sekarang, sehat secara keuangan. Kalimat ini tampak naif bagiku. Walau secara sadar kuakui, bahwa menahan diri dan menabung untuk hal-hal yang lebih penting di masa depan sangat diperlukan. Pada awalnya, membeli buku terasa lebih baik ketimbang membeli benda-benda "sampah" yang diiklankan di market place. Tapi kemudian, hasrat untuk lagi dan lagi sukar dibendung. Terlebih saat ada buku yg excited, yang saat melihatnya aku merasa akan kecewa jika tidak memilikinya. Bahkan tadi malam, karena tidak bisa tidur, aku mengumpulkan hampir 50 buku dalam keranjang...

Pertanyaan Sebelum Tidur

Gambar
Hal baik apa yang bisa kamu capai hari ini? Merindukanmu Hal buruk apa yang bisa kamu atasi sampai hari ini? Masih merindukanmu  

Cukup Mudah, Walau Jauh

Gambar
Aku lupa kapan terakhir kali mendapatkan sebuah ide untuk menulis sebuah cerita. Rasanya sudah cukup lama sekali. Tampaknya hal itu sangat sulit didapat untuk saat ini. Aku tak mendapatkan sesuatu yang spesifik untuk kutuliskan. Hal terakhir yang kutulis adalah perjalananku ke Jakarta, sebulan sebelum tahun baru. Setelah itu hampir tak ada yang bisa kuceritakan untuk diriku sendiri. Bahkan saat sakit kemarin, pikiranku malah melayang pada banyak hal-hal aneh, yang aku sendiri tak percaya bisa memikirkannya. Perasaanku berbeda saat aku sudah mulai mengetik, begitu yang kurasakan saat kemarin melakukannya. Pada akhirnya kuhapus semua kata yang sudah kuketikan. Kini aku memulainya kembali. Bukan untuk menulis apa yang kupikirkan kemarin, tapi menulis apa yang kurasakan kemarin. Perasaan berat di dada, dan menjadi bingung entah ke mana. Seperti naik di atas pelampung yang berat, dalam badai di tengah samudra. Betul-betul aneh, atau bisa juga dikatakan abstrak. Satu hal yang kupelajari ...