Mengevaluasi Diri Sendiri
Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan Atau dilahirkan dan mati muda Penggalan puisi itu sempat begitu mengilhamiku saat aku merasa kesal dengan hidup. Mulai dari kisah cinta yang gagal, dan ketidak terimaan atas permasalahan yang berada dalam keluarga. Saat ini naluriku mengajak untuk menghindar dari itu semua. Berharap masalah itu selesai dengan sendirinya. Kemudian aku bisa kembali dan menganggap masalah itu tak pernah ada. Atau aku pergi dan sama sekali tidak peduli dengan apa yang sudah terjadi. Bukan aku yang membuat masalah itu, dan aku tak harus menganggung beban untuk menyelesaikannya. Aku malah ingin selalu protes bahwa aku adalah korban dari keadaan itu semua. Meski semua itu tak ada gunanya. Menjelaskan sesuatu kepada mereka yang tidak mau mengerti hanyalah menghabiskan tenaga. Sebab kini mereka juga terjebak dalam persoalannya masing-masing. “Sudahlah. Sekarang kau fokus saja dengan dirimu saat ini. Jangan terlalu membebani diri dengan hal itu. Jalani saja apa yang