Postingan

Refleksi Sehari-Hari dalam “HIDUP BUKAN HANYA URUSAN PERUT”

Gambar
Pujangga jawa pernah mengatakan. “ Eng jaman edan, seng ora edan ora keduman. Nanging sak beja-bejane wong kang edan, isih luwih beja wong kang eling lan waspodo”. Bila saya menerjemahkannya sendiri menjadi begini. “Di zaman kegilaan, orang yang tidak ikutan gila tidak akan mendapatkan tempat. Namun seberuntung-beruntungnya orang yang gila, akan masih beruntung orang yang ingat dan waspada”. Ketika saya pikir-pikir lagi, ternyata kalimat ini mewakili banyak dimensi. Tidak hanya tertuju pada satu posisi dan golongan tertentu. Kalimat ini bisa dijadikan rujukan siapa saja untuk meneliti hidupnya. Sebab setiap orang dalam setiap fase dan posisi memiliki jenis kegilaannya masing-masing. Kegilaan itu kadang mau tidak mau harus dilakukan, entah itu sebagai adaptasi, atau sebagai cara bertahan. Namun sang pujangga mengingatkan pada akhirnya, walaupun orang yang “gila” itu beruntung, tetapi akan lebih beruntung orang yang ingat dan waspada, Eling lan waspodo. Dalam bahasa kita, eling lan w...

Keponakanku Mendapatkan Piala

Gambar
Pagi tadi aku bangun siang, tepat setelah keponakanku pulang dari sekolah. Bukan sekolah SD, tapi masih di Taman Kanak-Kanak. Dia bilang kepadaku “Om, Aku dapat piala !”. Aku pun langsung menyambut bangga dengan apa yang dia dapatkan, walaupun sebenarnya itu hanya sandiwara. Sebab aku tahu, kalau piala itu sebenarnya dibeli oleh ibunya. Dalam rangka hadiah, apresiasi karena dia tidak rewel dalam banyak acara Agustusan. Bukan berarti dia tidak rewel sama sekali, melainkan lebih bisa dibujuk dan ditenangkan dengan dijanjikan akan mendapat sesuatu. Kenyataan itu membuatku membatin dalam hati, apakah begini rasanya punya anak? Harus diikuti semua kemauannya. Bahkan nyaris tidak pernah di bentak. Selalu di timang dan di puji agar hatinya luluh, dan itu kadang membuatku jengkel sendiri. Sebab dirinya menjadi seenaknya sendiri dan kadang kurang ajar. Sekali aku membentaknya, tapi malah menjadi masalah. Sebab dia menjadi murung dan tambah semakin menyedihkan. Hal itu membuatku menyesal tel...

Hidupku Tanpamu

Gambar
Hidupku tanpamu, apa artinya cinta ? Apa artinya mainan ? Apa artinya jajan ? Apa artinya sekolah ? Apa artinya uang ? Apa artinya buku ? Apa artinya keluarga ? Hidupku tanpamu, apa artinya hidup ?

Jauh

Gambar
Setelah tuju hari kematian Ibuku, perasanku kembali bergolak. Bukan terjadi secara langsung, tapi berujung bangkit seperti budaya laten. Ada sesuatu yang tak tampak dan bisa muncul secara tiba-tiba. Semua ini karena cerita yang panjang, penuh drama dan rumit. Sebelum aku bercerita mengenai semua itu, lebih baik kuceritakan dahulu perasaanku selama sebulan di rumah. Dalam seminggu, perasaan asing ku selama di rumah sudah mereda. Berganti menjadi perasaan nyaman dan mengikat. Kesan bahwa inilah desaku, tempatku dilahirkan dan awal mengenal dunia. Ya, begitulah rasanya . Ada banyak hal yang berubah, tapi rasa saling mengenal satu sama lain, suara-suara yang akrab sedari kecil, dan kombinasi antara ramai dan sepi yang bisa kembali ku nikmati. Sehabis magrib yang sepi dan juga suasana hajatan yang penuh kericuhan, termasuk banyak anak-anak yang bermain, berseliweran tanpa beban. Dalam hati aku merasa ingin menetap. Ingin melanjutkan kehidupanku di lingkungan ini. Namun aku sendiri tah...

Selamat Pagi

Gambar
Selamat pagi. Semangat pagi yang harus di jalankan dengan penuh Dengan segala harapan dan masalah yang menimbun Dengan banyak tanggung jawab yang masih terabaikan Memang lebih enak untuk memasrahkan waktu pada keadaan Tapi harus mulai bertindak dan menata target jika ingin bertumbuh

Selalu Mungkin

Gambar
  Selama musim belum bergulir Masih ada waktu untuk saling membuka diri Sejauh batas pengertian Pintu pun tersibak, cinta mengalir sebening embun Entah apa yang kurasakan saat ini, seperti terasa bahwa perubahan itu bisa saja terjadi, seberapa pun sulitnya itu. Aku tengah duduk di kursi, merokok, dan melamun. Kubiarkan waktu untuk diriku begitu. Setelah makan, dan mengajak ibuku makan, juga mengantarkan ke luar untuk berjemur di depan rumah. Sambil memutar lagu Ebit GAD yang kupikir bisa kunikmati bersama bapak yang tengah di belakang. Setengah batang tengah berlalu dan kulihat bapak sedang menemani ibuku di depan rumah. Entah apa yang mereka bicarakan, sebab sound kuputar dengan begitu keras. Namun melihat mereka bisa saling bicara yang entah apa, dan bertepatan dengan lirik lagu ini, aku jadi merasa begitu positif. Apa yang kukira sudah tidak mungkin, menjadi terasa ada kemungkinan. Entah ini ilusi atau hanya harapan yang ada karena suasana, yang jelas harapan ini teras...

Seperti Dosanya Orang Yang Mendustakan Agama

Gambar
Tadi pagi, setelah membantu cuci piring dan menggoreng tempe dan tahu, aku sarapan dengan lauk sambal kecap kemarin. Mbak ku memandikan ibuku yang sakit dan juga mempersiapkan anak-anaknya untuk bersiap sekolah. Anak-anak kecil yang masih suka manja dan ribet. Bahkan untuk membangunkannya saja butuh banyak energi untuk berteriak, belum mandi dan makan, ditambah lagi untuk memakai seragam. Sungguh butuh energi yang prima setiap pagu untuk mengondisikan mereka. Saat mbakku sedang memandikan ibuku, saat itulah aku sedang sarapan. Keponakannku yang tadi belum juga mau memakai sepatunya. Entah harus disuruh dengan model yang seperti apa agar dia mau memakai sepatu. Rasanya waktu TK, aku dulu tidak begitu. Kenapa anak sekarang yang begitu manja. Memang dia dalam kondisi ditinggal bapaknya sejak dalam kandungan. Aku mengerti dengan penderitaan itu. Tapi mereka tumbuh dengan begitu banyak pihak yang menyayanginya. Mulai dari ibunya, kakeknya, paman dan bibinya, banyak tetangga, simpati dari ...