Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Rayya ; Belajar Di Universitas Kehidupan

Gambar
Paulo Coelho pernah bilang. "Buatlah perpustakaan pribadi, simpanlah seratus buku di perpustakaan mu dan sebarkan buku-bukumu yang lain. Seratus buku yang kau simpan itu hanya untuk buku yang akan kau baca berulang-ulang." Rasanya hal ini juga cocok dipraktekkan dalam soal film yang kita tonton. Secara pribadi aku jarang mengisi memory perangkatku dengan film. Terkecuali jika itu film yang akan kutonton berulang kali. Salah satu film yang masuk dalam daftar itu adalah Film Rayya. Yang membuatku tertarik pada film ini adalah saat aku tahu bahwa yang membuat naskahnya Cak Nun. Begitulah kiranya, ada orang yang saat kita mendengar namanya saja sudah akan percaya dengan kualitas produknya, Dan memang percakapan dalam film ini layak untuk di dengarkan berulang-ulang. Fili ini diawali dengan konflik cinta yang kandas, dan itu membuat semuanya menjadi tak ada artinya. Rasanya semua orang bisa mengerti keadaan itu, sebab mereka pernah mengalaminya. Hal itulah juga yang dialami oleh R

Hidup

Hiduplah cintaku Biar tak dianggap apapun Aku hanya ingin mati karenanya

Pelajaran Dari Anthony D Mello

Gambar
Sudah tiga malam ini aku terus menulis. Kegiatan ini kulakukan setelah sholat isya dan nderes. Sebab setelah melakukan kedua hal itu diri menjadi cukup tenang dan nyaman untuk menuliskan sesuatu. Meski semua ini tidak menjamin apa yang kutulis adalah sesuatu yang bermutu, tapi untuk hanya sekedar menulis saja aku sudah cukup senang. Kuanggap ini sebagai kemajuan kecil yang sangat berharga. Dari situ juga aku berhasil menjalankan resep untuk menenangkan hati dengan cara membaca kitab suci. Sebab selama ini hal itu hanya berhenti sebagai teori dan tak beranjak untuk dijalankan. Ngomong-ngomong soal hati yang keruh. Aku masih belum benar-benar keluar dari persoalan tersebut. Mungkin karena aku sendiri tidak begitu konsisten dalam menjalani apa yang kuputuskan, atau apa yang ku tahu itu harus dijalankan. Alasannya bisa dirangkai dengan mudah, meski hal itu tidak berarti apa-apa. Yang jelas ini semua karena tidak adanya kemauan, bukan karena ketidakmampuan. Oh iya, mulai tadi malam sampai t

Nyata

Banyak dari kita mengalami masa titik balik dalam kehidupan. Sebuah masa dimana kita berusaha merubah pandangannya tentang hidup dan apa yang mesti dijalani. Namun aku sendiri ragu apakah aku sudah bersikap membangun titik balik atau belum? Sebab semua ini adalah masalah kondisi yang memaksaku untuk menjalani semua keadaan. Ada benarnya apa yang dibilang Karl Marx, bahwa "bukan kesadaran yang menentukan keadaan, tapi keadaan lah yang menentukan kesadaran." Seharusnya aku memang sudah bisa dianggap membangun titik balik. Dimulai saat aku memutuskan untuk melepaskan hubungan dengan seseorang yang cukup melekat di hatiku. Sebab aku merasa selama itu hubungan dan kebersamaan kita tidak sehat. Maka aku memutuskan mengakhiri semuanya. Ibaratnya aku harus pergi ke suatu pulau dan sesampainya disana aku membakar perahu yang kupakai. Dari situ aku tak memiliki kesempatan untuk kembali. Namun apa gunanya jika meski aku sudah me-mencilkan diri di pulau ini sedang pikiranku berpetualang

Good Friend

Gambar
Good friend don't let you do stupid thing alone . Teman yang baik tidak membiarkanmu melakukan hal bodoh sendirian. Itu adalah kalimat dari kaos oblong yang aku beli dari Malioboro pada tahun 2013. Waktu itu aku jalan-jalan bersama dua temanku. Di sana kita memutuskan untuk berpisah dulu, dan saat jalan sendirian aku tertarik untuk membeli kaos itu. Kalimat itu terasa mengilhami pandanganku mengenai pertemanan. Atau sebenarnya sejak dulu aku secara tidak sadar berpandangan seperti itu, namun aku baru menyadarinya saat aku melihat kaos itu. Bisa jadi begitu. Sebab aku percaya bahwa ada banyak hal yang kita sukai atau kita benci, namun kita tidak menyadarinya. Butuh rangsangan dari luar supaya kita menyadari hal tersebut. Terkadang pada sesuatu yang satu frekuensi memiliki kesempatan untuk bertemu. Dalan pertemuan itu akan ada tarikan yang tak terhindarkan. Begitulah alam Bekerja dan dari situlah semesta mempertemukan kita dengan setiap elemen kehidupan ini. Saat kamu teguh dalam mey

Serius

Gambar
Aku yakin hari ini banyak orang merayakan kemerdekaan dengan caranya masing-masing. Juga mungkin merayakan hidupnya dalam kondisi yang membingungkan ini. Entah sebesar apapun masalahnya atau serikat apapun kondisinya, tetap harus ada kemenangan yang dirayakan. Begitu juga aku yang mencoba merayakan keduanya dalam hening. Bagiku ini yang aku pilih untuk saat ini. Aku sendirian di dalam gubuk yang kubuat. Mendengar teman-teman yang sedang melakukan upacara bendera. Minum obat sehabis sarapan pagi membuat badanku menjadi lemas dan terserang kantuk. Mendengarkan Malaysia Lawas yang dinyanyikan oleh ELLA membuat tubuhku makin nyaman untuk rebahan. Awalnya aku mau menulis sesuatu di kamar, tapi keinginan itu terbuntukan oleh kondisi badan yang kurang enak. Beruntungnya dua hari lalu aku begadang bersama teman-teman santri. Aku bilang pada mereka kalau bangsa ini dibangun oleh dua elemen penting. Yakni Islam dan Nasionalis. Aku juga menambahkan bahwa sejarah memperlihatkan elemen skunder yan

Parallelisme

Gambar
Malam ini berjalan seperti malam biasanya. Tidak begitu dingin, tapi cukup nyaman jika memakai selimut. Tapi tak ada gunanya juga memakai selimut kalau tak bisa tidur. Suara jangkrik terdengar cukup ramai diluar sana. Sedang di dalam kamarku aku menyalakan musik Mahe Zain. Entah kenapa aku memilih play list ini? Jawabannya mungkin berada di antara rindu dan sepinya hati. Jika hal ini dijelaskan maka akan seperti benang kusut berjalin-jalin, alias ruwet. Namun jika bisa diurai satu saja dari sekian keruwetan itu adalah, aku selalu mengulang-ulang pertanyaan yang sama. Sebuah pertanyaan yang sudah kujawab dan kujalani dari dulu. Tentang niatku berada di tempat ini. Juga tentang ingatanku mengenali dosa yang kusesali. Mustinya hal itu tak lagi kupertanyakan. Seharusnya aku langsung saja menjalankannya apa yang semestinya dijalankan hari ini. Bahkan saat memebuat tulisan ini aku mendengar lagu Maher Zain yang berjudul Insyaallah dalam versi bahasa Inggris. Aku diam sejenak ketika mendengar

27, Maret, 2019

Jika aku tertawa Itu penutup kecewa Yang seharusnya kau mengerti Tapi kau tetap saja tak peduli Kau memang peduli Lebih pada egomu Aku hampir tiada Sebagai manusia Kau bicara Menghakimiku Menuntut tanggungjawab Aku diam Melupakan semuanya Melupakan kita

7, September, 2019

Jangan bicara bila tak pernah mendengar Jangan komentar hila tak pernah membaca Jangan menulis bila tak pernah berfikir Semua ada ilmunya Semua ada prosesnya Semua ada awalnya Bila sepi tak bisa membantu Maka lebih baik membaca buku Bila teman tak dapat diharapkan Maka sebaiknya pergi ke pusat perbelanjaan Selalu ada pilihan Hanya butuh waktu untuk keputusan

Seimbang

Ada pengalaman yang cukup menjengkelkan tapi pada akhirnya menyadarkan. Ada perasaan bahwa hal ini tampak sepele, tapi setelah direnungi lebih jauh ini merupakan pembelajaran berarti. Seperti biasa, sesaat setelah bangun pagi aku langsung buka hp dan melihat story WhatsApp. Disana kulihat akan ada seminar yang diisi oleh temanku nanti sore. Aku ikut gembira karena temanku sudah cukup punya kualitas untuk itu. Kemudian aku lanjutkan untuk men-share berita itu lewat WhatsAppku. Hingga sorenya ku datang kesana bersama teman sekelas kita. Aku lupa dengan judul seminar itu. Karena sebenarnya aku kesana dalam rangka mengapresiasi temanku yang menjadi asisten dosen tersebut. Aku berusaha mengamati penjelasannya. Ku dengarkan dari awal sampai akhir. Dari awal komunikasinya terasa cukup “kaku”. Kemudian penjelasannya melenceng ke arah sesuatu yang dipamerkan, yakni tentang hobi majalah bacaannya, Nastonal Geograpic. Ada juga yang tampak ngawur, yakni soal dia tiba-tiba menyinggung soal Imam G

Hey Bung

Suatu hari di Jogja ada teman yang mengajak ngopi dan bercerita. Kusuruh saja dia ngopi di tempatku. Ternyata dia tengah mengeluhkan banyak masalah. Masalah paling nyata saat ini adalah tentang “perasaan hidup yang sudah gagal”. Tentang mengapa dulu dia memilih untuk menjadi aktivis dan tidak kegiatan yang lain. Dia memilih untuk mengikuti diskusi-diskusi Ekonomi-Politik dan berbagai kegiatan organisasi pergerakan lainnya. Dari situ dia menyadari bahwa selama ini dia mengalami yang namanya dis-orientasi dalam hidupnya sendiri. Dia menyesal. Mungkin lebih baik dulu dia masuk ke area yang dapat dia jadikan pijakan untuk sekarang. Satu kegiatan yang dia bisa jadikan bahan keterampilan untuk dapat menunjang hidup hari ini. Nyatanya hari ini semuanya sudah terlambat. Kini dia musti memikirkan bagaimana hidupnya dari awal. Aku mencoba meyakinkan dirinya dengan bertanya : “Lha kamu menyalahkan organisasi atau pilihanmu hidupku sendiri sebenarnya?” “Yah, ini pilihanku sendiri. Ini semua mema