Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2021

Khotbah Jum'ah di Masjid Sebelah Kost

Tentang Pengalaman Jumatan yang Khotib-nya Bikin Jengkel Hidup adalah perjalanan kita dari satu hari Jum’at ke hari Jum’at berikutnya. Hari jumat juga terasa beda karena harus diisi dengan melakukan shalat Jum’at di masjid. Tidak boleh melakukan shalat sendiri. Shalat Jum'at di masjid lebih sedikit ketimbang shalat rakaatnya. Namun tetap dibarengi dengan adanya khotbah Jum’ah. Jika  khutbahnya cukup singkat, maka beruntunglah kita. Tapi jika khutbahnya lama, maka biasanya hawa ngantuk akan menyerang dengan kuat. Beruntunglah mereka yang datang tepat pada saat khotbah kedua, atau menjelang shalat jum’at. Sebab bisa langsung shalat Jum’at dua rakaat. Begitu sudah cukup menggugurkan kewajiban. Juga jauh dari musibah kehilangan sepatu atau sandal. Karena dia akan berpotensi pulang lebih dulu dan tidak ikut sibuk mencari sandal. Sewaktu kecil dulu aku enggan untuk masuk di dalam masjid saat shalat Jum’at. Alasan pertama sebab aku lebih tertarik ngobrol dengan teman-teman, atau kadang

ThanksGiving ; Terimakasih Tuhan, Untuk Semuanya

Gambar
Terima kasih Tuhan aku sudah diizinkan hidup sampai hari ini terima kasih telah menempatkanku di sini, menghindarkanku dari perilaku buruk yang berlalu terima kasih karena tidak menghukumku sebab aku pernah kecewa dengan takdir yang kau berikan Terima kasih sudah menggerakkanku untuk belajar filsafat dan menyukai beberapa buku Terima kasih sudah mendekatkanku dengan orang yang murah hati Terima kasih sudah mendekatkanku dengan Al-Qur'an Terima kasih karena engkau tidak menghukumku, sebab aku masih saja malas-malasan Terima kasih sudah mengizinkanku masuk dalam ruang yang kadang aku merasa tak pantas Terima kasih telah mendekatkanku dengan banyak hal baik selama ini Terima kasih untuk semuanya

Aku Orang Introvert

Hingga saat ini aku menyimpulkan bahwa diriku adalah orang yang introvert. Suka menyendiri dan lebih nyaman dengan kesendirian. Kebersamaanku biasanya tidak terkontrol. Saat bersama orang baik itu hanya ngobrol, atau bahkan sampai guyonan rame-rame. Aku merasa kehilangan diri di sana. Saat ini mungkin aku berada pada diriku yang sebenarnya. Namun pada saat seperti itu juga aku malah merasa bahwa hidupku terbelenggu. Aku tidak bebas. Aku malah seperti terjun bebas, tanda kendali pada diriku sendiri. Hingga kemudian aku merasa ada yang sakit saat diriku menapak. Aku tidak tahu apakah diri yang introvert ini merupakan bawaan genetik atau hasil dari dialektika lingkungan. Tapi jika harus menyimpulkan sendiri semua itu, aku akan menganggap hal ini sebagai genetik. Yang menurutku hasil dari dialektika lingkungan adalah perasaan dendam yang sampai saat ini kubawa. Aku bisa mengingat dengan detail mengenai bagaimana aku dilecehkan oleh saudaraku sendiri di rumah. Dibiarkan kelaparan dan ke

Pribadi Yang Payah

Mungkin ini sebuah ejekan yang umum. Saat ada banyak orang yang ngomong besar, tinggi dan panjang lebar namun ternyata dia tidak melakukan apa-apa. Atau ketika ada orang yang fasih memberi nasehat atau saran kepada orang lain atas hidupnya. Sedang dalam hidupnya sendiri orang itu tidak seperti apa yang dikatakanya. Kelakuan seperti ini biasanya terdapat pada orang yang tidak benar-benar pintar, tapi juga tidak bisa dibilang bodoh. Karena orang yang benar-benar pintar lebih bisa menempatkan diri dengan apa yang dikatakannya, dan orang yang merasa dirinya bodoh akan cenderung untuk percaya pada siapa yang dianggapnya pintar. Ya. Kelakuan seperti ini terdapat pada orang yang nanggung. Mulai dari kecerdasan yang nanggung. Semangat belajar yang nanggung. Serta keseriusan dalam membuat keputusan yang tidak bisa konsisten. Orang yang berkepribadian seperti ini tidak akan menjadi apa-apa. Dia hanya akan menjadi remah-remah yang mengisi keadaan. Dia tidak akan dianggap penting. Ada dan tidak

Habib Husain Ja’far Ternyata

Gambar
Awal mula saya melihat Habib Husain Ja’far adalah di YouTobe. Waktu itu saya menganggap beliau adalah sebagaimana ustad pada umunya, hanya mungkin kebetulan beliau seorang habib. Waktu itu beliau juga sering muncul di Timeline Twitter saya, dan dari situ saya tahu kalau beliau juga sebagai penjual buku lawas. Melihat buku-buku yang dijual, saya berkesimpulan bahwa beliau cukup luas wawasannya. Sebab koleksi buku yang dia jual juga bagus-bagus. Beliau juga tampak di beberapa acara bersama Cak Nun. Hal itu menunjukan bahwa secara pribadi Habib Husain adalah orang yang memiliki kapasitas. Apa lagi saat melihat beliau merilis sebuah buku berjudul, Tuhan Ada di Hatimu. Namun semakin kesini saya melihat beliau sering masuk dalam chanel popular. Mulai dari bareng Coki-Muslim, ngobrol dengan Cinta Laura, sampai masuk di Podcast Close The Dor . Juga masih banyak lagi chanel yang menurut saya tidak cocok juga melihat Habib masuk di situ, Dari situ mulai agak janggal. “kog habib ini ikut budaya p

Terserah

Biarkan kesendirian yang bicara Penyesalan yang dalam Dan serius trauma, kecemasan, dan penyangkalan diri selalu mengusik.

Tentang NGO Yang Menyoal Pemakaian Jilbab Pada Anak

Dulu semasa kuliah dan ikut di organisasi pergerakan, saya cukup bangga dengan orang yang bekerja di LSM atau NGO. Bagi saya mereka tidak hanya orang yang bekerja, tapi juga memperjuangkan kehidupan orang lain, yang bahkan itu bukan keluarganya. Dalam hati ada juga sedikit keinginan saya untuk suatu saat bisa bekerja di NGO. Saat ada orang yang memandang NGO sebelah mata, terutama dalam soal pendanaan, saya tidak begitu peduli. Sebab saya pikir hal itu sama dengan mode bisnis lain. Sebagai mana vestifal musik yang disponsori oleh merek rokok, atau juga seperti klub sepal bola yang disponsori oleh brand tertentu. Jika pun kegiatan HGO tersebut menggunakan dana CSR dari corporasi besar juga tidak ada salahnya. Namun belakangan, seiring bertambahnya bacaan dan wawasan mengenai filsafat, politik dan juga ekonomi saya juga bisa mengerti mengapa ada banyak orang juga mencibir dengan yang namanya NGO. Sebab pada dasarnya ini bukan hanya soal satu lembaga saja. Ada banyak hal yang mempenga

Selingkuh

Gambar
Akhir-akhir ini aku cukup suka untuk mengoleksi buku karya Paulo Coelho. Seorang penulis Brazil yang karyanya cukup terkenal di dunia. Pada awalnya aku tidak begitu tertarik dengan tulisan orang ini. ketidaktertarikan itu dimulai saat aku membaca sedikit mengenai bukunya yang berjudul “Sebelas Menit”. Sebuah buku yang membahas seks sebagai menu utamanya. Membaca buku itu sekilas membuat aku berkesimpulan bahwa orang ini adalah penulis untuk kalangan remaja pada umumnya. Kemungkinan sama juga modelnya seperti para penulis luar negeri yang membahas mengenai konspirasi. Namun aku mulai membuka diri untuk membaca karyanya saat Almarhum Pak Prie. GS banyak menceritakan Paulo Coelho, baik dalam tulisannya maupun dalam monolognya di media sosial. Pada akhirnya aku merasa orang itu cukup penting, sebab dia berpengaruh untuk orang yang kuidolakan baik itu tulisannya maupun personifikasinya. Dari sinilah aku mulai mencari buku-buku Paulo Coelho. Aku mulai dengan membaca karya master piece -n

Uang

Gambar
Aku butuh uang. Semua orang butuh uang. Entah kenapa kita semua butuh uang. Semua pengetahuan kita adalah tentang bagaimana cara mendapatkan uang. Semua hal yang kita pelajari tentang nilai dan juga harga bermuara pada uang. Uang adalah segalanya. Segalanya butuh uang. Untuk makan kita butuh uang. Untuk pakaian kita beli dengan uang. Biaya masuk sekolah juga dengan uang. Sebelum menikah kita harus mengumpulkan uang. Membangun keluarga dan juga membesarkan anak juga dengan uang. Saat berobat di rumah sakit juga membayar dengan uang. Tidak ada yang lebih penting kecuali uang. Bahkan saat ini aku meninggalkan jadwalku untuk nderes hanya untuk menulis mengenai uang. Uang mewakili semua keinginan dalam hidupku. Uang membutakanku dari cinta dan juga Tuhan. Uang membius diriku untuk tidak mempedulikan kebaikan dan keburukan. Uang adalah belenggu. Uang adalah kehampaan. Sebab tak adalah lain yang kubutuhkan kecuali uang. Jika tak ada uang, akan ada banyak hal yang bermasalah. Masalah di k

Singkronisitas semesta

Gambar
Tidak mudah untuk jujur dengan diri sendiri. Tidak di depan orang lain maupun dalam kesendirian kita masing-masing. Namun ketika dalam persoalan itu saja kita gagal, maka kita tidak akan sampai pada penemuan pada jati diri kita masing-masing. Sebagaimana kita berkisah mengenai kedaulatan yang mestinya kita bela selama ini. Tapi apa itu kedaulatan? Bukanlah tidak ada orang yang bersih dari tekanan dan juga intervensi dari pihak yang berada di luar dirinya. Dan apakah mereka yang tidak berada dalam tekanan di luar dirinya bisa dikatakan berdaulat atau merdeka? Jangan-jangan mereka malah terbelenggu oleh dirinya sendiri. Oleh pemikiran dan angan-angannya, juga mungkin oleh pergulatan mengenai ingatan masa lalu dan kebingungan masa depannya. Ada seorang tokoh penyair yang sampai saat ini masih saya kagumi perannya untuk bangsa ini. Beliau pernah berucap dalam puisinya  “kita tidak pernah tahu mengapa kita ada, dan setelah kita ada, kita tidak tahu kapan kita akan tiada.” Maka satu-satu